Social Icons

Tuesday, September 30, 2014

Mengenal Batik Jambi

Seperti halnya daerah lain di Indonesia yang memiliki kain khas, kota Jambi juga mempunyai kekayaan tekstil yang begitu indah berupa kain Batik Jambi. Tak bisa dipastikan kapan tepatnya Batik Jambi ditemukan. Pada masa Kesultanan Melayu Jambi, Batik Jambi sudah dibuat dengan motif khas fauna dan flora untuk keperluan keluarga dan lingkungan Kesultanan. Saat itu, perdagangan dan produksi Batik Jambi masih terbatas.


Batik Jambi merupakan hasil kerajinan yang tidak dapat dimiliki sembarang orang dan hanya dimiliki masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial tinggi, misalnya kerabat kesultanan atau kaum bangsawan. Dengan berakhirnya Pemerintahan Kesultanan Jambi, produksi Batik Jambi menurun secara drastis.

Pembinaan dan pengembangan Batik Jambi dilakukan kembali secara insentif dan massal pada pembangunan Orba (Orde Baru). Tahun 1980-an, Batik Jambi masih banyak menggunakan warna khas Jambi, namun tahun 1990-an yang digunakan adalah warna-warna Pekalongan dan Cirebonan. Saat ini Batik Jambi kembali ke warna aslinya yang cerah dan berkarakter khas.

Jika dilihat dari segi geografis dan historis, Jambi merupakan daerah yang strategis dan merupakan jarak yang terpendek dalam hubungan dengan Tiongkok dan Selat Malaka. Jambi juga menjadi salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pedagang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hubungan dagang ini turut mempengaruhi dalam bidang kebudayaan, termasuk motif Batik Jambi. Pengaruh kebudayaan Arab terlihat pada ragam hias kaligrafi serta pengaruh Cina lebih banyak pada bagian rumpal atau pinggiran kain.

Seiring berjalannya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga yang mengelola batik secara sederhana. Motif Batik Jambi saat ini telah mengalami modifikasi atau pengembangan sesuai dengan selera pasar.

Kearifan lokal yang berupa keadaan geografis, kebudayaan, kepercayaan dan hasil seni sangat mempengaruhi motif, sehingga Batik Jambi sarat dengan estetika dan filosofi. Secara umum motif Batik Jambi merupakan satu kesatuan dari elemen-elemen yang terdiri atas titik, garis, bentuk warna dan tekstur. Kesatuan elemen tersebut, mewujudkan keindahan melalaui pengulangan, pusat perhatian, keseimbangan dan kekontrasan yang mengandung kebudayaan setempat, opini dan nilai-nilai filosofis.

Batik Jambi memiliki ciri khas yang unik dan eksotis. Baik dari segi warna maupun motifnya sediri. Sebagian besar pewarnaan batik Jambi diambil dari bahan-bahan alami yang ada di alam sekitar Jambi, yaitu campuran dari aneka ragam kayu dan tumbuh-tumbuhan, seperti getah kayu lambato, buah kayu bulian, daun pandan, kayu tinggi, kayu sepang, dan lain sebagainya.

Keunikan Batik Jambi terletak pada kesederhanaan bentuk motif dan pewarnaan yang khas, yaitu bentuk motif yang tidak berangkai (ceplok-ceplok) dan berdiri sendiri-sendiri. Pemberian nama pada motif batik Jambi, diberikan pada setiap satu bentuk motif, seperti Batang Hari, Bungo Pauh, Duren Pecah, Kapal Sanggat, Merak Ngeram, Tampok Manggis, Candi Muara Jambi, Kaca Piring, Puncung Rebung, Angso Duo Bersayap, dan lain sebagainya. Jadi bukan diberikan pada suatu rangkaian bentuk dari berbagai unsur atau elemen yang telah didesain sedemikian rupa yang telah menjadi satu kesatuan yang utuh kemudian baru diberi nama. Dalam penerapannya tentu saja tidak monoton terdiri dari satu bentuk motif saja. Sehelai kain biasanya diterapkan beberapa bentuk motif pokok, dan diisi atau didampingi dengan bentuk motif  lainnya. Motif2 isian itu adalah motif tabor titik, motif tabor bengkok, motif belah ketupat dan bentuk motif-motif isian lainnya. Batik Jambi juga kaya dengan aneka motif dengan warna cerah sebagai simbol keceriaan dan keriangan masyarakat Jambi.

Pertumbuhan dan perkembangan batik Jambi pada masa sekarang memberi dampak yang sangat baik bagi penambahan perbendaharaan motif Batik Jambi. Penggambaran motif  merupakan representasi watak dan karakter masyarakat Melayu Jambi dengan tipikalnya yang sederhana, egaliter dan terbuka terhadap hal-hal lain di luarnya, walau cenderung lamban merespon perubahan. Motif utama pada Batik Jambi sangat sederhana, tidak rumit dan cenderung konvensional. Mencirikan watak asli masyarakat Melayu Jambi. Jika ada motif Batik Jambi yang rumit dan detailnya kompleks, maka bisa jadi itu merupakan motif pengembangan baru yang muncul pada dekade 80-an. Beberapa daerah penghasil Batik Jambi diantaranya: Kota Jambi, Batanghari, Soralangun, Merangin, Tebo dan Bungo.

Tiap motif batik memiliki makna dan filosofi tertentu, misalnya motif Durian Pecah menggambarkan dua bagian kulit durian yang terbelah, tapi masih bertaut pada pangkal tangkainya. Dua belah kulit itu memiliki makna pada masing-masing bagiannya. Belahan pertama bermakna pondasi iman dan taqwa. Bagian satunya lagi lebih bernuansa ilmu pengetahuan dan tehnologi. Makna yang disimpulkan motif ini yaitu melaksanakan pekerjaan berlandaskan iman dan taqwa, serta ditopang oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi akan memberikan hasil yang baik bagi yang bersangkutan serta keluarga.

Bentuk motif Tampuk Manggis menggambarkan penampang buah manggis yang terbelah pada bagian tengahnya, menampakkan kulit luar, daging kulit, dan isi buah secara keseluruhan. Penggambaran ini berarti kebaikan budi pekerti, dan kehalusan hati seseorang tidak dapat dilihat dari kulit luar saja.

Motif Kapal Sanggat mengisyaratkan keharusan untuk berhati-hati dalam menjalankan sesuatu pekerjaan. Tidak boleh lalai dalam melaksanakan tugas, selalu waspada dan paham aturan. Karena kelalaian dalam pekerjaan akan menyebabkan musibah dan malapetaka bagi orang yang bersangkutan, sepert kapal nyanggat.

Batik Jambi masih perlu dikembangkan lagi, baik motif maupun industri batiknya sendiri. Batik tidak hanya sekedar selembar tekstil dengan motif dan proses tertentu, tetapi merupakan khasanah hasil seni budaya bangsa Indonesia. Hal lain yang juga sangat perlu diperhatikan sejalan dengan usaha untuk menembus pasar global adalah upaya agar motif batik Jambi mendapatkan pengesahan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) / Patent Rights baik secara Nasional maupun Internasional.

Beberapa hasil Batik Jambi ternyata diproduksi di Jawa. Hal tersebut dilakukan karena ongkos produksi di Jawa lebih murah dari pada di Jambi. Para pengusaha Batik di Jambi sering mendapat pesanan dengan jumlah yang banyak, namun pengerjaan batik tidak mungkin dapat dipenuhi perajin Jambi yang jumlahnya hanya segelintir. Sehingga berinisiatif memesan batik ke Jawa (Solo, Yogya, Pekalongan). Hasilnya rapi, pekerjaan cepat selesai, dan harga jauh lebih murah. Harga batik buatan perajin Jambi cenderung lebih mahal dan motifnya dinilai kurang menarik. Itu disebabkan bahan baku masih didatangkan dari Jawa dan ongkos pekerja lebih mahal.

Peran Pemerintah sangat pentig dalam upaya pemberdayaan dan pembinaan kepada perajin lokal. Pembatik yang telah ada harus terus dibina dan Dinas terkait perlu mencetak perajin-perajin baru. Ini supaya ketika pesanan batik membeludak, industri yang ada telah siap, bukannya malah melempar pesanan ke luar daerah seperti yang terjadi sekarang ini. Itu berarti, pemerintah perlu memberikan dukungan untuk mengangkat sektor industri batik di Jambi. Tidak hanya bantuan biaya, tetapi juga perlu ada pendampingan teknis melalui tenaga penyuluh yang harus dilakukan berkelanjutan, sampai industri batik di Jambi mencapai titik mapan sehingga tidak perlu lagi jauh-jauh memproduksikan Batik Jambi di Jawa.

Yuks jadikan Batik Jambi sebagai koleksi kain tradisional kita...

Sumber : fitinline.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Miliki Segera

 photo BP128.jpg

Minat? Klik Gambarnya

 photo BP129.jpg

Klik Gambar

 photo BP127.jpg
 
Blogger Templates