Social Icons

Wednesday, May 20, 2015

Batik Iwan Tirta yang Bergaya Era Soekamto

Dewaraja menjadi penanda kembalinya label Iwan Tirta Private Collection setelah wafatnya maestro batik itu lima tahun lalu. "Ini peragaan tunggal pertama setelah Mas Iwan wafat," kata Direktur Kreatif Iwan Tirta Private Collection, Era Soekamto, Senin dua pekan lalu.

Label Iwan Tirta sebelumnya memang sempat menggelar peragaan bertajuk Hasta Brata pada akhir tahun lalu di Jakarta Fashion Week. Namun gelaran itu tidak seakbar Dewaraja, yang digelar khusus di ballroom Hotel Fairmont Jakarta, Senayan. Kali ini, Era menampilkan 60 busana baru dan menggali lagi sebagian motif dari 10 ribu koleksi motif batik warisan Iwan.

Era sengaja tidak memilih batik-batik yang kental dengan nuansa regalia Jawa—apalagi yang terkait Mangkunegaran—sebagai benang merah utama Dewaraja. Ia justru menyuguhkan tafsiran lain soal batik-batik Iwan Tirta dengan memilih motif Bali dan Cirebonan dalam Dewaraja.

“Sebenarnya Dewaraja ini merupakan konsep universal tentang pencarian spiritual, yang ternyata terekam dalam batik-batik Mas Iwan Tirta,” katanya. Dewaraja yang dimaksudkan di sini merupakan konsep kepemimpinan saat seorang raja telah mencapai tahap kebijaksanaan tertentu sehingga memiliki sifat dewa dalam dirinya.

Dewaraja tentu menyuguhkan koleksi yang jauh berbeda dengan ciri khas Iwan Tirta, yang selalu mengusung regalia Jawa dan batik keraton sehingga kerap disebut batik para raja. Mengambil inspirasi dari motif-motif lain tentu membuat sebagian orang kurang sreg dengan pendekatan Era.

“Rasanya tidak seperti melihat batik Iwan Tirta,” ucap Pauly Pattypelohi, mantan asisten Iwan Tirta, kepada Tempo. Meski Pauly menyebut Era sebagai desainer yang sangat berbakat, ia merasa Era kurang mengenal karakter Iwan Tirta. “Biasanya Mas Iwan kalau membikin tema koleksi berdasarkan tokoh yang benar-benar ada,” ujar Pauly.

Pendapat serupa juga dilontarkan kritikus mode Anton Diaz. Ia merasa tidak begitu puas dengan Dewaraja. Satu hal yang menjadi sorotan Anton adalah jas pria dengan motif batik tulis yang dirancang oleh Era.

“Iwan Tirta enggak bakal bikin jas semacam itu,” kata Anton. Ia juga menyebut pemilihan sepatu pria ataupun ikat pinggang yang terasa kurang rapi dan bergaya untuk label Iwan Tirta. “Seharusnya Era sebagai desainer juga harus memperhatikan detail semacam itu.”

Reaksi berbeda justru muncul dari sebagian besar penonton. Selain tepuk tangan riuh, banyak yang berdiri untuk memberikan penghormatan bagi Era di pengujung acara peragaan busana. Sebagian mengaku sangat puas dan tak bisa menahan diri untuk melontarkan pujian sebelum peragaan berakhir. “Aku suka koleksinya, terutama untuk pakaian pria,” ujar Editor Mode Majalah Prestige, Peter Zewet.

Siluet new look ala Dior—dari jaket yang mirip baju kurung, gaun berpotongan mullet, atau jubah ala Sherlock Holmes—yang menjadi inspirasi Era dalam Dewaraja, rupanya berhasil memancing tanggapan positif penonton. Pilihan warna batik yang lebih cerah, seperti warna terakota ataupun hitam-putih ala terang bulan, ternyata berhasil menarik perhatian.

Sepekan setelah peragaan, sebagian koleksi dengan kisaran harga jutaan rupiah ini, yang mulai dijual melalui situs iwantirtabatik.com dan disebut sebagai galeri ke-11 Iwan Tirta, sudah laku terjual. Tentu saja ini menandakan eranya Era. Saat ini, ia tidak bakal bisa memuaskan semua orang yang fanatik terhadap Iwan Tirta. Tempo.co

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Miliki Segera

 photo BP128.jpg

Minat? Klik Gambarnya

 photo BP129.jpg

Klik Gambar

 photo BP127.jpg
 
Blogger Templates