Sebagaimana dikutip dari BBC London pada Desember tahun lalu, dinyatakan oleh media asing itu bahwa Nelson Mandela sangat menghargai keberadaan batik, bahkan pemimpin yang rendah hati itu, mengenakan batik pada banyak acara-acara resmi, termasuk pada acara penutupan Piala Dunia 2010.
Adapun perkenalan pertama Mandela dengan batik, terjadi pada Oktober 1990, dalam lawatan pertamanya ke luar negeri, yang salah satunya adalah Indonesia. Saat itu pemerintah memberikan baju batik kepadanya, sejak saat itulah, presiden pertama Afrika Selatan ini sering memakai batik.
Mandela terkesan dengan warna dan corak batik, dan ia mulai mengenakannya, sebagai simbol kedekatan Indonesia dan Afrika Selatan. Mandela saja, sangat menyukai dan menghargai batik, lalu bagaimana dengan kita, apakah kita juga menyukai produk dalam negeri sendiri ini?
54 PENGRAJIN MEMAMERKAN KARYANYA DI PAMERAN BATIK WARISAN BUDAYA
Kabar gembira bagi para penggemar batik di Indonesia. Terhitung mulai 30 September hingga 3 Oktober, para penggemar batik bisa sepuasnya mencari beragam produk berbahan batik yang digelar dalam Pameran Batik Warisan Budaya VII di Pelataran Lantai Dasar Gedung Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta.
Pameran yang merupakan kerjasama pemerintah melalui Kementerian Perindustrian dan Yayasan Batik Indonesia (YBI) ini digelar selama 4 hari dari pukul 09.00-17.00 WIB. Sebanyak 54 perajin Industri Kecil Menengah (IKM) binaan YBI memamerkan karyanya. Para perajin berasal dari Solo, Yogyakarta, Bandung, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, Surakarta, Banjarnegara, Madura, DKI Jakarta, dan lain-lain.
Sekretaris Direktorat Jenderal IKM, Busharmaidi, menjamin masyarakat dapat menemui berbagai jenis batik asli khas Indonesia dengan berbagai tingkat harga.
“Batik memang ada yang mahal dan murah. Disini saya yakin murah. Kalau mau yang murah itu batik cap, atau kombinasi antara cap dan tulis. Kalau tulis memang membuatnya sulit, belum lagi dapat idenya,” ujar Busharmaidi.
Sebagai ajang tahunan, pameran batik kali ini sengaja mengangkat tema “Sogan Seni Batik Klasik”. Hal ini untuk mempromosikan batik nasional sebagai warisan budaya bangsa, terutama batik sogan.
Batik sogan merupakan batik bernuansa klasik dengan warna dominan dan variasi warna coklat yang menggunakan pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga. Batik ini identik dengan daerah keraton Jawa, yaitu Yogyakarta dan Solo. Motifnya bernuansa klasik keraton yang menjadi daya tarik dan langgeng tanpa mengenal musim.
Ketua Umum YBI, Jultin Ginandjar Kartasasmita, menyatakan dengan pameran ini, masyarakat bisa mengenal jenis batik, seperti sogan.
Meski terkesan klasik, lanjutnya, tetapi bisa dipakai untuk anak muda. Hal ini bisa dilihat pada puncak acara tanggal 2 Oktober nanti, dimana terdapat 8 desainer ternama memamerkan 2 desain modern menggunakan batik sogan.
“Sogan ini klasik sekali, tetapi bisa dipakai di berbagai kesempatan juga bisa menarik bagi anak-anak muda,” ujarnya.
Beberapa nama desainer yang akan unjuk karyanya dalam pameran ini seperti Oscar Lawalata, Barli Asmara, dan Era Soekamto.
Selain peragaan busana, pada Hari Batik Nasional juga akan diadakan pemberian penghargaan Pembatik Muda Berkarya dan Talk Show mengenai batik sogan.
ZAT PEWARNA ALAM MEWARNAI NUANSA BATIK MASA DEPAN
Adanya kampanye ramah lingkungan, tidak hanya di dunia internasional, tetapi mulai merambah ke dalam negeri. Salah satunya, dalam dunia perbatikan tanah air.
Pemerintah kini tengah mengembangkan potensi zat warna alam yang dapat digunakan dalam mewarnai batik.
“Setiap potensi dari daerah kita coba. Setiap daerah pasti ada potensi zat warna alam, seperti dari kulit-kulit kayu, cangkang kelapa sawit, daun mangga,” ujar Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik Kementerian Perindustrian, Zulmaizar.
Menurut Zulmalizar, banyak orang yang tertarik dengan batik zat warna alam ini. Pasalnya, batik ini dianggap lebih ramah lingkungan.
“Peminatnya mulai banyak, tidak hanya dari luar seperti Jepang, banyak juga dari dalam, karena ini kan ramah lingkungan dan warnanya pun lebih lembut,” paparnya.
Ke depan, Zulmalizar berharap bisa mengembangkan tren zat warna alam ini sebagai identitas bangsa, “Di Indonesia kan buahnya itu sesuai musim, nah pewarna itu kan bisa dari kulit buah. Jadi, misalkan sedang musim durian, nanti kita keluarkan produk batik dengan warna kulit durian, sedang musim manggis, nanti kita keluarkan batik warna kulit manggis. Pasti itu akan bagus, ini cita-cita saya,” ungkapnya optimis.
EXPORT BATIK TAHUN 2013, MENINGKAT MENJADI USD 300 JUTA
Nilai ekspor komoditas kerajinan batik Indonesia selama 5 tahun ini, atau periode tahun 2008-2013, mengalami peningkatan sangat pesat. Faktanya proses peningkatan itu, terjadi dari nilai ekspor sebesar US$ 32 juta pada tahun 2008, menjadi US$ 300 juta pada tahun 2013.
“Negara tujuan ekspor batik terbesar adalah Amerika Serikat, Jerman dan Korea Selatan,” kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto.
Panggah mengatakan dengan tingginya minat pasar manca-negara tersebut, maka penting adanya perlindungan hak karya intelektual perajin untuk menjamin keunggulan industri dan perdagangan. “Kementrian [Perindustrian] berupaya memberikan perlindungan untuk perajin batik dalam memberikan fasilitas pemberian merek, hak paten, rahasia dagang ataupun desain industri,” katanya.
Secara lebih dalam, dengan upaya ini, Panggah berharap tidak akan ada pembajakan oleh masyarakat Indonesia sendiri, atau oleh pengusaha dari negara lain.
Pembina Yayasan Batik Indonesia, Dodi Supardi, mengatakan batik Indonesia tidak mengenal batik printing, yang banyak dilakukan oleh pengusaha tekstil Indonesia.
“Batik Indonesia yang asli, hanya ada tiga yaitu batik tulis, batik cap dan batik kombinasi tulis dan cap,” kata Dodi.
Untuk menjaga keaslian batik Indonesia, Dodi sedang berusaha agar batik-batik printing yang bukan dari Indonesia, diberi tulisan di kain tersebut, bahwasanya itu adalah batik printing. Selain itu, untuk membedakan batik tulis dengan yang lain, pihaknya mengupayakan agar batik tulis diberi label dengan tinta emas, batik cap dengan tinta perak, dan kombinasi batik tulis dan cap dengan tinta putih.
Berharap expor batik menjadi salah satu harapan cerah untuk budaya bangsa, apalagi jika diiringin dengan nuansa baru dalam motif, corak dan pewarnaan yang selalu diperbaharui dari tahun ke tahun, ini akan membuat expor batik mengalami peningkatan yang signifikan di tahun-tahun selanjutnya.