Batik modern merupakan batik yang ada pada jaman sekarang ini. Baik dari jenis motifnya, maupun dari cara membuatnya. Batik ini biasanya sudah tidak terlihat sisi keunikannya yang biasanya dilihat dari motifnya. Namun batik ini cukup diminati bagi kalangan tertentu.
Mungkin selama ini masyarakat masih rancu dengan apa yang disebut dengan batik modern. Quintanova, salah seorang pengamat batik menjelaskan istilah modern dalam konteks batik dapat dilihat dari beberapa segi:
Yang pertama modern dalam arti motif dan yang kedua modern dalam teknis pembuatan. Contoh modernisasi motif diantaranya memadukan dua motif batik dalam satu kain misalnya perpaduan antara lereng dengan kawung menjadi motif lereng-kawung. Batik kontemporer bahkan mengaplikasikan motif-motif modern atau bahkan abstrak dalam kain yang diproses dengan teknis pembuatan batik.
Modern yang kedua adalah dalam hal teknis. Batik printing adalah salah satu bentuk modernisasi teknis pembuatan batik. Namun istilah batik printing yang dikenal masyarakat sebenarnya bukan termasuk batik karena tidak melalui tahapan pembuatan batik. Proses pembuatan batik secara singkat harus melalui beberapa tahap, penggambaran motif, pelapisan dengan malam, pewarnaan, dan terakhir proses lorot (penghilangan malam). Tanpa proses tersebut sebuah kain tidak bisa dikatakan batik tetapi hanya tekstil yang bermotif batik.
Inovasi lain dalam hal teknis pembuatan adalah dengan printing malam seperti yang dilakukan di Desa Wisata Batik Kliwonan dimana malam yang panas dicetak pada sebuah kain secara massal. Dengan proses ini dimungkinkan membuat batik dengan jumlah besar dan dalam waktu singkat tetapi tidak menyimpang dari aturan proses pembuatan batik.
Perlu Inovasi agar Batik Bisa Bertahan
Hal ini senada dengan yang diungkapkan Arifatul Uliana, putri Solo tahun 2009, batik modern merupakan usaha agar batik lebih memasyarakat. Demi menjangkau konsumen kaum muda, keberadaan batik modern memang sangat perlu. Dengan motif yang bervariasi maka kaum muda tidak lagi enggan menggenakan kain batik dan perlahan-lahan stereotype batik sebagai pakaian untuk yang lebih “senior” bisa terkikis.
Menurut Uli pakem filosofis batik tidak harus dikorbakan walaupun proses modernisasi terus terjadi. Nilai filosofis batik bisa dipertahankan dengan menciptakan motif baru dengan pakem-pakem yang sudah ada. Tanpa variasi dan modernisasi batik akan terkesan monoton, dan tidak bisa bertahan membudaya sampai saat ini.
Edukasi Pertahankan Nilai Filosofis Batik
Para pencipta motif batik baru perlu lebih berhati-hati dalam menuangkan kreasinya, paling tidak seorang pembuat motif batik memiliki pengetahuan dan literatur tentang batik-batik terdahulu. Agar motif batik yang diciptakan tidak menyalahi aturan dan pakem yang telah ada.
Batik yang saat ini menjadi trend mode sesunguhnya adalah suatu modal untuk memperkenalkan sejarah dan filosofis batik pada masyarakat. Edukasi budaya diperlukan agar ketika seseorang mengenakan batik dia tidak hanya mengenakannya dengan alasan trend fashion semata tetapi dengan diiringi kesadaran bahwa batik adalah warisan budaya yang patut untuk dilestarikan.
Upaya edukasi nilai filosofis batik dapat dilakukan dengan membawa batik ke sekolah baik dalam bentuk pelajaran intrakulikuler ataupun ekstrakulikuler. Dengan upaya tersebut generasi muda khususnya pelajar menjadi mengenal batik secara lebih mendalam. Sehingga di masa depan batik tetap berjaya. Pameran batik yang digelar perlu lebih menekankan pada pengenalan nilai sejarah batik, tidak hanya pengenalan sekilas tentang kain batik saja tanpa ada tidak lanjut yang lebih mendalam.
Jangan sampai aset budaya yang tak ternilai harganya hilang bersama hilangnya kepedulian kita untuk nguri-uri budaya sendiri. Dengan usaha-usaha tersebut batik modern dan budaya batik tidak akan luntur seiring bergantinya trend busana.
Tuesday, June 16, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment