Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, hanya tinggal hitungan bulan. Sejumlah negara anggota ASEAN, tengah membenahi diri agar mampu bersaing pada pasar bebas Asia Tenggara nanti.
Seperti dilansir merdeka.com, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menuturkan Indonesia mempunyai strategi khusus pada MEA mendatang. Caranya, menjual identitas Indonesia sebagai sebuah produk yang punya nilai. "Kuncinya, kita harus membangun strategi diferensiasi. Kita harus bisa," ujarnya di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Selasa (23/9).
Diferensiasi, lanjut Bayu, harus diterapkan pada berbagai macam produk dalam negeri sehingga negara lain tidak dapat menyaingi. Salah satunya, pada produk batik yang asli punya Indonesia.
Produk lainnya, seperti furnitur, minyak goreng, produk karet, mobil dan elektronik jenis tertentu. "Misalnya sama-sama sepatu, negara lain masuk ke sepatu lari, kita masuk ke sepatu sepakbola, seperti itu," ungkapnya.
Dengan adanya perjanjian dagang antar Indonesia dengan China, maka daya saing dalam negeri akan semakin berat. Tetapi, itu bisa diminimalisir dengan dilemparnya produk Indonesia yang beda dari yang lain.
"Kalau kita bertempur pada efisiensi akan berat, belajar dari situ kita harus tekankan pada diferensiasi. Kalau kita bisa bersaing hingga masuk ke pasar China, itu berarti kita busa bersaing dengan manapun."
Selain dengan China, tambah Bayu, perjanjian dagang yang menghadang Indonesia yakni perjanjian rumput laut dengan Filipina. Dalam komoditi rumput laut, Indonesia boleh berbangga diri lantaran mempunyai produk biota laut tersebut yang berbeda dengan Filipina.
"Indonesia bisa berkonsentrasi rumput laut sebagai bahan lain termasuk untuk biofuel. Itu artinya Indonesia semakin bisa menunjukkan bagaimana diferensiasi kita," katanya.