Para perajin batik di Cirebon mengkhawatirkan membajirnya batik printing China sehubungan dengan perdagangan bebas ASEAN-China, mengingat harganya jauh lebih murah karena biaya produksi mereka kecil.
"Batik jenis printing China menurut informasi jauh lebih murah, bisa Rp5.000 per meter," kata Sekretaris Koperasi Batik Trusmi yang juga pengusaha batik Masnedi Masina kepada wartawan di Cirebon, Jumat (29/01).
Menurut Masnedi Masina, harga batik printing produk Cirebon rata-rata diatas Rp15 ribu per meter jauh di atas harga batik printing China, karena biaya produksi tinggi.
Meski demikian ia bersama 300 anggota Koperasi batik Trusmi Cirebon tetap membatik dalam menghadapi dampak dari perdagangan bebas yang saat ini masih belum terasa, katanya. Sekalipun mengkhawatirkan batik printing China, ia tetap optimis karena masih ada kerajinan batik tulis yang memerlukan keterampilan khusus.
"Hal yang menentramkan para pengrajin batik adalah diakuinya batik sebagai kekayaan intelektual bangsa Indoensia oleh UNESCO, sehingga memproduksi batik tidak hanya sekedar bertujuan bisnis, tetapi merupakan hasil karya seni," katanya.
Disamping itu, sejumah instansi pemerintah dan swasta serta perbankan dan sekolah ada yang menggunakan batik sebagai pakaian seragam."Itu juga memotivasi para perajin batik agar tetap berkarya," katanya.
Sejak pengakuan Unesco Oktober 2009 lalu, kegiatan kerajinan batik di Trusmi terus semarak karena banyak para pemesan batik dari luar kota Cirebon, khususnya untuk pakaian seragam, tambanya.
Sumber : kompas