Produk batik memberikan konstribusi terbesar kedua terbesar sebesar 20-30 persen dari produk domestik bruto ( PDB ) dalam subsektor ekonomi kreatif. Terbukti, produk-produk batik yang dihasilkan memiliki peluang yang sangat besar terhadap minat asing.
“Sekarang batik sudah bisa dijadikan fashion, sedangkan fashion sendiri memberi konstribusinya mencapai 20-30 persen dari industri kreatif,” ujar Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dala acara Konferensi Press The Batik Essays A Collection of Love Stories, di Alun-Alun Grand Indonesia Shopping Center, di Jakarta, Selasa (17/11/2009).
Dirinya mengimbau para pejabat negara mengganti pakaian resmi safari dengan batik adalah salah satu langkah jitu yang patut mendapat acungan jempol. Trik mendaulat para tamu kenegaraan dengan dresscode batik adalah salah satu langkah promosi yang efektif dan strategis.
Namun, dirinya mengaku prihatin melihat perkembangan batik yang semakin luas pemakaiannya dan coraknya semakin beragam, tidak diimbangi dengan regenerasi para pembatik, terutama batik tulis.
“Minimnya regenerasi ini membuat jumlah pembatik tulis semakin hari jumlahnya semakin sedikit, dan sekarang tinggal didominasi para kalangan pembatik lanjut usia. Memang, membatik membutuhkan kesabaran. Akan tetapi, kesabaran bukan hanya monopoli usia lanjut saja, tetapi juga generasi muda. Ini adalah tugas kita untuk mewariskan seni dan budaya ini kepada generasi muda berikutnya,” ungkapnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment